Senin, 25 Juli 2011

BEKAL RAMADHAN (1)


BEBERAPA BACAAN DLOIF (LEMAH) PADA WAKTU BERBUKA PUASA
·         Hadits pertama
Ø  Dari Ibnu Abbas Radliyallahu ‘anhu, ia berkata : Adalah Nabi Sholallahu ‘alayhi wassalam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : Allahuma laka shumna wa ala Rizqika Aftharna, Allohumma Taqabal Minna Innaka Antassamiul ‘Alim (artinya: Ya Alloh! untukMu aku berpuasa dan atas rizki dariMu kami berbuka. Ya Alloh!Terimalah amal-amal kami, sesungguhnya Engkau maha Mendengar, Maha Mengetahui)
Ø  (Riwayat: Daruquthni di kitab Sunannya, Ibnu Sunni di kitabnya ‘Amal Yaum wa lailah No. 473. Thabrani di kitabnya Mu’jamul Kabir)
Ø  Sanad hadits ini Sangat Lemah/Dloif
1.    Pertama: ada seorang rawi yang bernama: Abdul Malik bin Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang sangat lemah.
-   Kata Imam Ahmad bin Hambal:  Abdul Malik Dlo’if
-   Kata Imam Yahya: kadzdzab (pendusta)
-   Kata Imam Dzahabi: dituduh pemalsu Hadits
-   Kata Ibnu Hibban : pemalsu hadits
-   Kata Imam Abu Hatim : matruk (orang yang ditinggalkan riwayatnya)
-   Kata Imam Sa’dy : pendusta
2.    Kedua: di sanad ini juga ada bapaknya Abdul Malik yaitu: Harun bin ‘Antarah. Dia ini rawi yang diperselisihkan oleh para ulama ahli hadits. Imam Daruquthni telah melemahkannya. Sedangkan Imam Ibnu Hibban telah berkata: munkarul Hadits (orang yang diingkari haditsnya), sama sekali tidak boleh berhujjah dengannya.
Ø  Hadits ini dilemahkan oleh Imam Ibnul Qoyyim, Ibnu Hajar, Al Haitsami dan Al Albani dan lain-lain.
Ø  Periksalah kitab-kitab berikut:
-       Mizanul I’tidal 2/666
-       Majmau Zawaid 3/156 oleh Imam Haitsami
-       Zaadul Ma’ad di kitab Shiam/Puasa oleh Imam Ibnul Qoyyim
-       Irwaul Gholil 4/36-39 oleh Muhaddits Muhammad Nashiruddin Al Albani.


·         Hadits kedua
Ø  “Dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata: Adalah Nabi Sholallohu’alaihi wassalam: Apabila berbuka beliau mengucapkan: Bismillah allohumma laka shumtu wa alla rizqika afthartu (artinya: Dengan nama Alloh, ya Alloh karenaMu aku berbuka puasa dan atas rizki dariMu aku berbuka)
Ø  (Riwayat: Thabrani di kitabnya Mu’jam Shagir hal 189 dan Mu’jam Auwshath)
Ø  Sanad hadits ini lemah/dloif
1.    Pertama:
Di sanad hadits ini ada Ismail bin Amr al Bajaly. Dia rawi yang lemah.
-     Imam Dzahabi mengatakan di kitabnya Adl-Dhuafa: bukan hanya satu orang saja yang telah melemahkannya.
-     Kata Imam ibnu ‘Ady: ia pencerita hadits-hadits yang tidak boleh diturut.
-     Kata Imam Abu Hatim dan Daruquthni : ia lemah
-     Dia inilah yang meriwayatkan hadits lemah bahwa imam tidak boleh adzan (lihat Mizanul I’tidal 1/239).
2.    Kedua: di sanad ini juga ada Dawud bin Az-Zibriqaan.
-     Kata Muhammad Nashiruddin Al-Albani : Dia ini lebih jelek dari Ismail bin Amr Al-Bajaly.
-     Kata Imam Abu Dawud, Abu Zur’ah dan Ibnu Hajar : Matruk.
-     Kata Imam Ibnu ‘Ady:Umumnya apa yang ia riwayatkan tidak boleh diturut: (lihat Mizanul I’tidal 2/7).
-     Abdul Qadir Hassan membawakan riwayat Thabrani ini di Risalah Puasa tapi beliau diam tentang derajat hadits ini.

·         Hadits ketiga
Ø  Dari Muadz bin Zuhrah Radliyallahu ‘Anhu, telah sampai kepadanya, sesungguhnya Nabi Sholallahu ‘alaihi wassalam apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan  :allohumma laka shumtu wa alla rizqika afthartu”
Ø  (Riwayat Abu Dawud No 2358, Baihaqi 4/239, Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Sunni. Lafadz dan arti bacaan di hadits ini dengan riwayat atau hadits yang kedua, kecuali awalnya tidak pakai bismillah).
Ø  Dan sanad hadits ini mempunyai dua penyakit.
1.    Pertama: Mursal, karena Mu’adz bin Abi Zur’ah seorang Tabi’in bukan shahabat Nabi (hadits mursal adalah seorang Tabi’in meriwayatkan langsung dari nabi tanpa perantara shahabat).
2.    Kedua: Selain itu Mu’adz bin Abi Zur’ah merupakan seorang rawi yang Majhul. Tidak ada yang meriwaytkan padanya kecuali Husain bin Abdurrahman, sedang Ibnu abi Hatim di kitabnya Jarrah wa ta’dil tidak menerangkan celaan dan pujian baginya.

·         Hadits keempat
Ø  “Dari Ibnu umar Radhiyallahu ‘Anhu: “Adalah Rosulullah Sholallahu ‘alaihi wassalam, apabila berbuka (puasa) beliau mengucapkan : dzahabadz dzaamaau wabtallatil ‘uruqu watsabatal ajru, insya Alloh.(artinya: telah hilanglah dahaga, telah basahlah kerongkongan/urat-urat, dan telah tetap ganjaran/pahala, insya Alloh).
Ø  (Hadits Hasan, riwayat: Abu Dawud 2357, Nasa’I 1/66. Daruquthni dan ia mengadakan sanad hadits ini hasan. Hakim 1/422, Baihaqi 4/239) Al Albani menyetujui apa yang dikatakan Daruquthni.
Ø  Rawi-rawi dalam sanad hadits ini semuanya kepercayaan (tsiqah), kecuali Husain bin Waaqid, seorang rawi yang tsiqah tapi ada padanya sedikit kelemahan (tahdzibut-tahdzib). Tepat kalo hadits ini dinamakan Hasan.


Kesimpulan

1.    Hadits yang ke 1,2 dan 3 tidak syah (sangat dloif dan dloif) maka tidak boleh diamalkan.
2.    Sedangkan dalam hadits yang ke empat karena riwayatnya telah syah maka bolehlah kita amalkan jika kita suka karna hukumnya sunnah.
Wallohu A'lam